Sunday, July 28, 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU EKONOMI

-------------------------------------------

(18+) ane mau share video panas terbaru klik DISINI tunggu 5 detik terus klik skip add alamat menonton.

---------------------------------------------------

Menurut Irving Kristol, ilmu ekonomi sebagai sebuah disiplin akademis, dalam perjalanan sejarah, muncul pada abad ke-17 dan 18 sebagai suatu aspek “revolusi” filosofis yang menciptakan dunia “modern” (Kristol, 1981: 203). Dalam hal ini “manusia ekonomi” yang diciptakan ilmu ekonomi tampil sebagai manusia yang ingin mencapai kepuasan yang tertinggi. Jika ditelusuri lebih jauh kisah, konsep “manusia ekonomi” itu dapat ditelusuri dalam falsafah Psikologi Asosiatif khususnya “hedonisme” serta falsafah “utilitarianisme” yang banyak merambah pengikutnya sejak abad 18 dan 19. Dan kalau ingin ditelusuri lebih jauh lagi “hedonisme” sudah ada sejak zaman Yunani kuno, salah seorang tokohnya yang terkenal adalah Epikurus (341-271 s.M.) Paham ini berpendapat bahwa kepuasan merupakan satu-satunya alas an dalam tindak susila. Hal ini sesuai dengan pendapat Joseph Schumpeter (1954) menulis sebagai berikut: Buku ini akan memaparkan perkembangan dan nasib baik analisis ilmiah di bidang ilmu ekonomi, mulai dari zaman Greaco-Roman hingga sekarang, dalam suatu kerangka social dan politik yang memadai dengan tetap memberi perhatian pada perkembangan-perkembangan di berbagai bidang ilmu social lainnya dan juga filsafat. Sedikit sekali para ekonom kontemporer yang mau melacak ilmunya dari peradaban Greaco-Roman (Yunani-Romawi) dan tidak banyak pula yang menonjolkan keeratan hubungan antara ilmu ekonomi dengan ilmu-ilmu lainnya seperti dengan sejarah maupun filsafat (Bills, 2002: 273). Namun dengan menyediakan tulisan 200 halaman, Schumpeter sengaja melacak hal itu sebelum Adam Smith tahun 1776 menulis The Wealth of Nations, yang menandai munculnya ilmu ekonomi yang sepenuhnya berdiri sendiri (Bill, 2002: 273). Pertama, ide-de yang berkembang pada jaman Renaissance yang menyatakan bahwa manusia adalah bagian dari alam yang berdaulat. Gagasan ini membebaskan para analis ekonomi untuk menerapkan metode-metode rasional dan reduksionis guna mengikis anggapan-anggapan ekonomi yang tidak didasarkan pada fakta atau kajian ilmiah (misalnya, anggapan orang hanya bias disebut kaya jika ia punya banyak emas). Kedua, ilmu ekonomi terbebaskan dari ikatan moral, namun tidak lantas menjadi sosok negara yang penuh kekuasaan yang politik ekonominya amoral seperti yang diperkirakan para merkantilis dan teoretisi lainnya, yang di mata Adam Smith dan kawan-kawan tidak realistis. Ilmu ekonomi sekedar lebih “dingin” dalam menanggapi soal-soal moral, dan membuka diri terhadap kajian kritis. Ketiga, tujuan analisis ekonomi meluas, bukan sekedar pada pemilihan kebijakan dagang demi memperbesar kekuatan negara, melainkan juga menyangkut kehidupan dan kesejahteraan sehari-hari. Perkembangan individualisme libelar di abad 17 dan 18 menggarisbawahi pergeseran itu.
Mulai banyak analisis yang dicurahkan pada pengerjaan kesejahteraan individu yang telah dipandang sebagai sesuatu yang wajar, dan tidak lagi dianggap sebagai wujud keserakahan (Bliss, 2000: 273). Pernyataan yang terakhir inilah nampak adanya titik temu dua aliran besar, yakni aliran yang menghendaki kiprah aktif negara, dan aliran laissez faire. Kedua-duanya sama-sama menganggap penting peran negara/pemerintah dalam perekonomian. Hanya saja mereka masih berbeda pendapat secara mendasar tentang sejauh mana peran itu dilakukan? Kebijakan menjadi topik kajian yang sangat diminati, dan sampai sekarang aneka model dan rumusannya terus dikembangkan demi memudahkan berlangsungnya perumusan kebijakan ekonomi yang sebaik-baiknya.
 Ilmu ekonomi sendiri terus bergulat dengan persoalan-persoalan epistemologi dan aksiologinya. Ilmu ekonomi memang bukan ilmu pasti seperti fisika, biologi, maupun kimia yang serba eksak. Ilmu ekonomi memiliki modelmodel data dan asumsi-asumsinya sendiri yang bersifat menyederhanakan atau simplistik. Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai, tentang apa yang dianggap baik atau buruk. Padahal ilmu pada umumnya bebas nilai (bukan dalam penegrtian acak, namun bebas dari penilaian si ilmuwan). Secara umum, asumsi kedaulatan selera individu tidak dipersoalkan oleh para ekonom. Sejak Vilfredo Pareto sampai sekarang, dukungan bagi pengajaran kepentingan individu merupakan inti ekonomi kesejahteraan. Namun Hicks (1969) menentang pandangan itu dengan mengungkapkan adanya tiga kelemahan dalam evaluasinya. Hal ini didukung oleh Arrow (1973) yang secara meyakinkan dapat menunjukkan melui sebuah fungsi kesejahteraan yang diderivasikan dari preferensi individu bahwa prinsip kedaulatan konsumen akan memunculkan pemaksaan atau kediktatoran satu individu kepada individu lainnya. Meskipun rumusan Arrow itu controversial (lihat misalnya Sen, 1979), namun pendapatnya telah mengubah keyakinan mutlak tentang kedaulatan konsumen yang semula diagungkan.
Memang sejumlah ekonom lebih suka menanggalkan sikap netral dan melacak implikasi dari suatu kebijakan berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri, meskipun ekonom lain mempertahankannya. Hal ini antara lain terwujud berupa teori kebijakan keuangan publik yang mementingkan kepentingan umum; misalnya mereka menegaskan bahwa pajak rata-rata (lump taxation) adalah yang paling baik karena tagihan yang dibebankannya terhadap setiap wajib pajak relatif paling kecil, meskipun distribusinya tidak merata (pajak yang dibayarkan oleh orang kaya dan miskin tidak banyak berbeda (Atkinson dan Stiglitz, 1980). Perdebatan ini tidaklah berarti bahwa ilmu ekonomi sejak awal suddah demikian sarat dengan nilai. Usulan pajak rata-rata itu lebih bertolak dari sikap yang tidak terlalu mementingkan kaitan antara efisiensi dan distribusi pungutan pajak, serta sikap itu sendiri diwarnai oleh angan-angan akan adanya lembagalembaga ekonomi yang sempurna dan mampu menjangkau batas kemungkinan kepuasan (utility possibility frontier) melui kebijakan tertentu. Ilmu ekonomi modern berusaha mencapai “kompatibilitas intensif” atau pengutamaan disain dan fungsi lembaga-lembaga ekonomi, termasuk perpajakan, di mana setiap individu dimudahkan oleh negara dalam mengejar kepentingannya (Fudenberg dan Tirole, 1991).
Dalam ekonomi modern, disain kebijakannya jauh lebih rumit dan canggih, dan begitu juga asumsi pembatasannya lebih banyak daripada perekonomian pada abad sebelumnya khususnya aabad ke-18. Bentuk dan sejauh mana peran negara dalam ekonomi dimodelkan dalam konteks disain system perpajakan dan regulasi. Harus diakui bahwa kajian tentang desain kebijakan ini kian lama kian lengkap. Lalu seberapa jauh keberhasilan ilmu ekonomi di akhir abad 20 atau awal 21? Ditinjau sekilas secara ekologis, ilmu ekonomi memang cukup berhasil. Ia mampu mereproduksi diri secara efisien. Namun kemampuannya dalam memecahkan masalah masih perlu dipertanyakan. Bahkan sejak pertengahan tahun 1970-an, para ekonom sering mempertanyakan relevansi ilmu mereka dengan kebijakan, khususnya dalam ekonomi makro yang teori-teorinya masih jauf dari efektif, meskipun mereka sendiri termasuk Adam Smith dahulu menyadari bahwa teori tidak akan dapat memperbaiki kondisi pasar. Betapa-pun, ilmu ekonomi akan tetap mmenarik karena dapat menawarkan perspektif guna memahami apa yang terjadi di pasar. Hampir setiap kekeliruan kebijakan selalu ditimpakan pada pemikiran intelektual yang melandasinya. Hal ini tidak selalu benar, karena ada kalanya kegagaln kebijakan disebabkan oleh faktor-faktor non-ekonomi ataupun yang lain. Sebaliknya kegagalan ekonomi bisa ikut menyebabkan hancurnya suatu system negara seperti yang dialami sistem komunisme di Uni Soviet dan Eropa Timur lainnya. Namun tentu saja pasar atau ekonomi dan langkah-langkah pembinaannya (misalnya liberalisasi) bukan satu-satunya solusi. Hal ini terbukti dengan gagalnya serangkaian reformasi ekonomi di bekas negara-negara komunis Eropa Timur itu. Kondisi ekonomi di setiap masyarakat terbukti tidak bias dilepaskan dari pengalaman dan presumsi sejarahnya.

-------------------------------------------

(18+) ane mau share video panas terbaru klik DISINI tunggu 5 detik terus klik skip add alamat menonton.

---------------------------------------------------


No comments:

Post a Comment