-------------------------------------------
(18+) ane mau share video panas terbaru klik DISINI tunggu 5 detik terus klik skip add alamat menonton.
---------------------------------------------------
Fenomena umum yang terjadi di Negara-negara berkembang ialah tampilnya militer dalam kehidupan polititik. Menurut Huntington ada beberapa penyebab masuknya militer dalam arena politik yaitu :
1. Perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh militer sebagai
reaksi terhadap ketidakstabilan politik
2. Militer biasanya memiliki semangat tinggi untuk memberikan
focus perhatian pada tindak perubahan social atau modernisasi yang dipelopori
oleh para perwiranya.
3. Adanya pendekan rasional terhadap masala –masala social
dari golongan militer telah menjadikan perwira –perwira militer yang mampu dan
dapat diandalkan sebagai modernisasi
4. Adanya sikap tak peduli dan menentang terhadap kebutuhan
pembangunan lembaga -lembaga poltik maka rezim sipil menganggap militer tidak
mempunyai kepentingan politik yang harus di perjuangka
5. Biasanya jika terjadi pengambilalihan kekuasaan oleh
militer maka hal itu dinyatakan hanya untuk sementara waktu dan akan
dikembalikan pada rezim sipil bila keadaan politik sudah stabil dari militer
ketangan sipil .dalam keadaan demikian,tidaklah berarti persoalan telah selesai
,sebab sewaktu-waktu dapat timbul kudeta militer yang baru
6. Mungkin perlu terjadi kudeta dengan alasan yang serupah
. 7. Bilamana militer tetap mempertankan kekuasaannya maka mereka menciptkan
lembaga-lembaga politik yang berwenang mengabsahkan dan melembagakan kekuasaan
mereka dalam Nasaruddin Sjamsuddin dkk 1988. Pendapat Huntington yang
dikemukakan di atas menunjukan tidak dibedakannya antara penyebab yang bersifat
situasi dengan penyebab sebagai ciri atau sifat militer itu sendiri. Meskipun
demikian, Huntington memberikan elaborasi mengenai professionalisme militer,
yang menurutnya memiliki tiga ciri pokok. Ciri utama pertama ialah keahlian
sehingga profesi militer masih menjadi spesifik serta memerlukan pengetahuan
dan ketrampilan. Suatu kekuatan militer membutuhkan pengetahuan yang mendalam
untuk mampu merencanakan, mengorganisasi dan mengarahkan kegiatan bak dalam
keadaan perng maupun dalam keadaan damai. Keahliannya yang kian spesifik hanya
mungkin di peroleh melalui pendidikan, latihan dan pengalaman . Ciri utama yang
kedua militer professional adalah tanggung jawab social yang khusus. di samping
memiliki nilai-nilai norma tinggi yang harus terpisah sama sekali dari isentif
ekonomi seorang perwira militer juga mempunyai tanggung jawab pokok kepada
Negara. Dalam professional militer, seorang perwira bisa mengoreksi
komandannya, jika ia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan
nasional. Ciri utama yang ketiga adalah karakter korpasi para perwira yang
melahirkan rasa esprit de corps yang kuat. Berbeda dengan kelompok profesi yang
lain, korps perwira militer merupakan suatu birokrasi professional karena
anggota-anggotanya mengabdi pada birokrasi Negara, korps perwira merupakan
suatu unit sosial yang otonom ,yang membedakan dengan unit-unit sosial lain dalam
masyarakat dalam burhan magenda 1984. Selanjutnya dikemukakan bahwa baik
Huntington dan Perlmutte maupun Horowitz memandang peran sentral golongan
militer di Negara-negara sedang berkembang disebabkan sifatnya yang korporasi,
memiliki keahlian dan birokratik. Sebagai kekuatan birokratik militer biasanya
merupakan lembaga birokratik pertama yang mengkonsolidasi dirinya sehingga
menjadi kekuatan yang kohesif, yang golongan militer menjadi kekutan birokratik
yang Intergratik, terutama di Negara-negara sedang berkembang yang kadang
–kadang terpecah secara ideologis karena banyaknya partai. b. Militer sebagai
Organissi Modern Dalam modernisasi, di mana diperkenalkan nilai-nilai baru
ternyata golongan militer adalah pihak yang paling cepat untuk mengadakan adaptasi
dan adopsi atas semua nilai-nilai yang diperkenalkan maupun nilai-nilai yang
masuk dari negeri, sedangkan organisasi sosial politik lainnya meskipun
mempunyai predikat sebagai sebuah struktur modern, masih jauh ketinggalan bila
dibanding dengan militer (Lucian W. Pye dalam Afgan Gaffar, 1989) Lebih lanjut
menurut Pye, ada tiga hal khusus yang harus diperhatikan oleh pimpinan militer,
yang memiliki kecenderungan tinggi untuk menjadikan mereka sebagai kekuatan
yang dinamis didalam perencanaan pembangunan yaitu : 1. Sifat Militer, lebih
dalam arti fungsi pokok yang merupakan rival bagi semua bentuk organisasi
lainnya yang bekerja atas dasar system sosial domestic. Meskipun mungkin ada
inspirasi didalamnya merupakan konsep dari luar negeri, tetapi titik berat
perhatiannya terletak pada pembangunan internal. Dengan demikian, militer
memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan ukuran-ukuran internasional dan
memiliki sensivitas yang tinggi akan kelemahan-kelemahannya. 2. Rasionalitas,
Militer adalah kelompok organisasi yang paling unggul, tetapi kurang peka atas
ukuran-ukuran pragmatisme mengenai efisiensi disegala bidang. Ia dibentuk untuk
ukura masa depan diberbagai Negara serdang berkembang. Bahkan dinegara-negara
dimana militer dikerahkan untuk menghadapi masalah-masalah nasional seperti di
Birma, semua daya dikerahkan unutk membagnun kekuatan militer sesuai organisasi
ideal mereka. 3. Di Negara-negara sedang berkembang, militer berkembang
seringkali terpisah dari realitas masyarakatnya dan lebih berorientasi pada
ukuran-ukura yang ada di Negara-negara maju. Karena itu mereka sering tidak
memahami persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat ketika menerima ide-ide
baru dalam proses pembangunan. Selain itu Organisasi militer secara umum
memiliki kekhasan orientasi yang tentu berbeda dengan organisasi sipil. Ciri
organisasi militer yang mendorongnya untuk selalu berorientasi pada perubahan
dan modernitas ialah hakikat dari lembaga kemiliteran untuk berlaga melawan
organisasi militer negara lain guna melindungi eksistensi dan keamanan bangsa
dan negaranya. Oleh karena itu harus selalu memperbaharui diri supaya tidak
lebih lemah dari musuhnya. Karena itu, organisasi kemiliteran modern senantiasa
harus memiliki orientasi standar internasional [Taher, Elza Peldi (Ed), 1987,
Menatap Masalah Pembangunan Indonesia, Lembaga Kajian Manajemen Indonesia,
Jakarta ]. Dengan ciri demikian, organisasi militer dalam kerangka modernisasi
tentu memerlukan inovasi strategis yang harus mengkombinasikan dukungan
anggaran yang tidak sedikit dengan pemberdayaan semua sumber daya secara
simultan dan terarah. Selain itu militer harus memainkan peran penting dalam
mencari terobosan untuk memantapkan manajemen organisasi dengan mengacu pada
kecenderungan yang digunakan oleh organisasi modern tanpa meninggalkan hakiki
keorganisasiannya sebagai organisasi yang bergerak dan berfungsi dalam bidang
militer. Makna penting disini adalah bagaimana memberdayakan SDM sebagai pusat
perubahan proses dalam organisasi. Hal ini sejalan dengan yang pernah ditulis
oleh Gary Dessler dalam bukunya Human Resources Management. Desller menulis
antara lain bahwa perubahan-perubahan dalam lingkungan manajemen SDM menuntut
SDM untuk memainkan peranan yang lebih utama dalam organisasi. Trend ini
mencakup keragaman angkatan kerja yang terus bertambah, perubahan teknologi
yang cepat, globalisasi, dan perubahan-perubahan dalam dunia kerja. seperti
pergeseran ke arah masyarakat jasa dan tekanan yang terus berkembang pada
pendidikan dan modal manusia c. Militer Sebagai Agen Modernisasi Di dalam
masyarakat tradisional, militer sebagai kelompok paling modern dan dalam
kedudukannya sebagai kaki tangan pemerintah, jelas mempunyaiotoritas politik
yang demikian besarnya. Dapat diuraikan secara umum aspekaspeksosial dan
politik dari kegiatan militer dan beberapa akibat langsung yangdihasilkannya
ditengah-tengah kehidupan masyarakat sipil. Dalam setiap sistemsosial militer
telah diterima masyarakat sebagai tentera terbaik, terutama padamasa transisi
anggota-anggota militer memiliki kualifikasi tinggi, sehingga militer mudah
menjelma menjadi kelompok yang mampu memainkan peranan penting dalam proses
peraliahan dari tradisional kearah modernisasi, baik ideal maupun praktis.
Latihan-latihan militer dengan sendirinya diselaraskan dengan aturanaturan
dasar dari proses akulturasi yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat
transisi. Di dalam tubuh militer bagaimanapun, derajat akulturasi berjalan jauh
lebih cepat dari apa yang dialami oleh masyarakat sipil. Hal ini tampak bahwa
perwira-perwira tinggi militer dapat memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi
masyarakat sipil dalam proses adopsi ide-ide baru ketika modernisasi dan
perubahan sosial sedang berlangsung. Militer juga dapat memberi perlindungan
dalam proses akulturasi yang memberi keamanan batin yang cukup tinggi. Karena
banyak pengalaman menunjukkan bahwa perubahan tanpa perlindungan akan membawa
kegelisahan. Sehingga masyarakat desa yang mencoba untuk menjadi anggota
militer dalam mengejar ketinggalan-ketinggalan mereka dari masyarakat
perkotaan. Proses modernisasi yang berlangsung di Afrika dan di Amerika Latin
serta di sebagian besar negara-negara Asia, yaitu kecenderungan yang melahirkan
ketidakamanan bagi penduduk disana. Barang siapa yang pernah bertempat tinggal
di kota-kota besar dibenua yang disebutkan diatas, lebih-lebih di Afrika Hitam
dan Amerika Latin, selalu menemukan dirinya dalam keadaan terancam. Sebaliknya
barang siapa yang telah diperkenalkan dalam pola hidup masyarakat teknologi
tinggi, ketika bergabung dengan anggota militer, akan selalu memberikan tekanan
khusus kepada kebutuhan penyesuaian-penyesuaian umum yang sifatnya eksplisit
dan terbuka. Di kota-kota besar yang terdapat di Asia, terlihat sebuah gejala
umum, dimana masyarakatnya terlihat modern disatu pihak, tetapi dipihak lain
mereka masih menganut cara berpikir dan bertindak seperti apa yang dimiliki
oleh orangorang desa tradisional. Mereka biasanya hidup dalam orbitan keluarga
dan sanak saudara, tetapi yang memiliki hubungan dan kontak sosial yang sangat
terbatas dengannya. Militer telah menampilkan organisasi modern, maka siapa
saja yang telah di tatar di dalam sikap dan kecakapan-kecakapan seperti itu,
pasti akan berhasil di dalam organisasi modern lainnya. Di negara barat,
militer telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam penyediaan
latihan-latihan teknis termasuk pelayanan-pelayanan langsung di dalam proses
pelayanan industri. Militer-militer Jeman melatih sejumlah perwira-perwira yang
menduduki posisi penting dan kemudian menempatkan mereka di dalam
perusahaan-perusahaan besar yang mereka miliki. Di Amerika juga,
teknisi-teknisi militer sudah tentu, memainkan peranan penting dalam
pembangunan ekonomi dan teknologi negaranegara barat secara keseluruhan. Di
Amerika Latin, militer-militer Brazilia adalah merupakan motor pembuka jalan,
promotor sumber-sumber nasional dan melindungi masyarakat Indian. Di Asia juga
dapat kita lihat banyak persamaan umum dengan yang terjadi ditempat-tempat
tersebut diatas. Hal serupa juga terjadi sebelum perang Dunia II,
latihan-latihan wajib militer di dalam tuduh pasukan bela dirinya telah
memberikan sumbangan besar bagi semua penduduk dalam meningkatkan pendayagunaan
tenaga kerja dan sumber daya alam, yang secara langsung mempunyai sumbangan
besar bagi pembangunan industri. Sebagai contoh di India, mereka bergerak di
sector perindustrian. Sedangkan Malaysia, Philipina dan Muang Thai, militer
merupakan instrumen penting dalam melatih masyarakat untuk menggerakkan dan
merawat industri-industri kenderaan bermotor dan alat-alat industri lainnya.
Oleh karena militer telah menunjukkan dirinya kelompok dinamisator dalam
meningkatkan mobilitas sosial dan ekonomi, maka semangat nasionalisme militer
selalu rneliputi segenap lapisan masyarakat luas baik dalam artian perasaan maupun
sikap mereka. Sehingga militer mampu menjadi agen modernisasi dalam suatu
negara, baik negara yang sudah maju maupun sedang berkembang. d. Penutup Di
Negara-negara berkembang umumnya memperoleh kemerdekaannya melalui
pejuang-pejuang mereka yang dikemudian hari melahirkan militer. Militer telah
melaksanakan tugasnya membela negara, mengalihkan perhatiannya menjadi
pendorong dan motor modernisasi dan pembangunan nasional serta berpandangan dan
bersikap nasional. Selain itu Organisasi militer secara umum memiliki kekhasan
orientasi yang tentu berbeda dengan organisasi sipil. Ciri organisasi militer
yang mendorongnya untuk selalu berorientasi pada perubahan dan modernitas ialah
hakikat dari lembaga kemiliteran untuk berlaga melawan organisasi militer negara
lain guna melindungi eksistensi dan keamanan bangsa dan negaranya. Oleh karena
itu harus selalu memperbaharui diri supaya tidak lebih lemah dari musuhnya.
Militer yang telah memiliki ketrampilan adalah pihak yang paling cepat untuk
mengadakan adaptasi dan adopsi atas semua nilai-nilai yang diperkenalkan maupun
nilai-nilai yang masuk dari luar negeri, sedangkan organisasi politik lainnya,
walaupun mempunyai predikat sebagai sebuah struktur modern, masih jauh
ketinggalan jika dibandingkan dengan militer. Sehingga militer menjadi sebuah
organisasi modern di negara berkembang. Oleh karena militer telah menunjukkan
dirinya kelompok dinamisator dalam meningkatkan mobilitas sosial dan ekonomi,
maka semangat nasionalisme militer selalu meliputi segenap lapisan masyarakat
luas baik dalam artian perasaan maupun sikap mereka. Sehingga militer mampu
menjadi agen modernisasi dalam suatu negara, baik negara yang sudah maju maupun
sedang berkembang.
-------------------------------------------
(18+) ane mau share video panas terbaru klik DISINI tunggu 5 detik terus klik skip add alamat menonton.
---------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment